ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

".....Bicaralah dengan kalimat yang baik, suara yang lembut tapi tegas, karena tak jarang kamu dinilai dari ucapan dan sikap ketika berbicara......"  Suatu, ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan kepada sang anak untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah...  Hari pertama anak itu telah memakukan begitu banyak paku ke pagar setiap kali dia marah... lalu secara bertahap jumlahnya berkurang. Dia mendapati ternyata lebih mudah menahan amarahnya ketimbang memaku pagar.  Akhirnya tibalah waktu dimana si anak merasa benar-benar bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal tersebut kepada sang ayah, yang kemudian mengusulkan untuk mencabut satu paku satu hari setiap dia berhasil menahan marah.  Hari-hari berlalu dan si anak akhirnya memberitahu kepada sang ayah bahwa ia telah berhasil mencabut paku-paku tersebut, lalu sang ayah menuntun si anak menuju pagar belakang rumah.  "Hmmz.., kamu telah berhasil dengan baik anakku, tetapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. pagar ini tidak akan sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain...  Kamu bisa menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu tetapi tidak perduli kamu meminta maaf luka tersebut tetap ada dan luka karena kata-kata lebih buruk dari luka fisik..."  Oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah yang bisa menahan lisannya, karena banyak musibah yang diawali dari lisan.  [*]


".....Bicaralah dengan kalimat yang baik, suara yang lembut tapi tegas, karena tak jarang kamu dinilai dari ucapan dan sikap ketika berbicara......"

Suatu, ketika ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan kepada sang anak untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah...

Hari pertama anak itu telah memakukan begitu banyak paku ke pagar setiap kali dia marah... lalu secara bertahap jumlahnya berkurang. Dia mendapati ternyata lebih mudah menahan amarahnya ketimbang memaku pagar.

Akhirnya tibalah waktu dimana si anak merasa benar-benar bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal tersebut kepada sang ayah, yang kemudian mengusulkan untuk mencabut satu paku satu hari setiap dia berhasil menahan marah.

Hari-hari berlalu dan si anak akhirnya memberitahu kepada sang ayah bahwa ia telah berhasil mencabut paku-paku tersebut, lalu sang ayah menuntun si anak menuju pagar belakang rumah.

"Hmmz.., kamu telah berhasil dengan baik anakku, tetapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. pagar ini tidak akan sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain...

Kamu bisa menusukkan pisau kepada seseorang, lalu mencabut pisau itu tetapi tidak perduli kamu meminta maaf luka tersebut tetap ada dan luka karena kata-kata lebih buruk dari luka fisik..."

Oleh karena itu sebaik-baik manusia adalah yang bisa menahan lisannya, karena banyak musibah yang diawali dari lisan.  [*]

About Unknown

Ruzaidin Center (RC) adalah tim sosial media pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru 2016-2021, HM Ruzaidin Noor dan Fitri Zamzam. Tim ini lahir atas inisiatif dan swadaya pelajar dan aktivis sosial di Kota Banjarbaru. Kami bergerak dengan satu tujuan agar Banjarbaru maju dan berkembang menjadi kota terdepan dengan nilai-nilai islami yang diemban pemimpin yang bersih, jujur dan infovatif.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top